Rabu, 10 Oktober 2012

TES INTELIGENSI


Ketika saya masih duduk dibangku SD, orang tua dan kerabat saya sangat mengagung-agungkan kecerdasan anak berdasarkan yang namanya prestasi akademik. Mereka suka sekali membanding-bandingan tingkat kemampuan akademik anak-anak mereka dan tidak segan-segan mereka melakukannya di depan anak-anak mereka yang sedang dibandingkan.

Orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anak-anak mereka disekolah yang dianggap memiliki standart akademis yang tinggi. Untuk masuk ke sekolah-sekolah dengan standart akademis yang tinggi biasanya calon siswa diwajibkan untuk menjalani test IQ. Dibeberapa sekolah ternama mensyaratkan calon siswanya harus memiliki skor IQ minimal diatas rata-rata berdasarkan skala Wechsler, Skor IQ seolah menjadi jaminan kemampuan akademik seorang anak. Anak-anak tersebut dikatakan memiliki tingkat intelegensi/kecerdasan yang tinggi bila memiliki skor IQ yang tinggi.

Intelegensi sendiri sering diartikan sama dengan IQ, padahal kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda. Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Sedangkan Intelegent quotient atau IQ ialah angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang dimana skor diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

Intelegensi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah gen atau keturunan, lingkungan dan perkembangan otak yang dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting



Test Intelegensi

Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.

Revisi terhadap Skala Stanford-Binet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.

David Wechsler memperkenalkan versi pertama tes inteligensi yang dirancang khusus untuk digunakan bagi orang dewasa. Terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS), disebut juga skala W-B.

Pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan pula skala inteligensi untuk digunakan pada anak-anak yang dikembangkan berdasar isi skala W-B. Skala ini diberi nama Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC). Isinya terdiri dari dua sub bagian Verbal (V) dan sub bagian Performance (P).

The Wechsler Inteligence Scale for Children-Revised (WISC-R)
 Skala Wechsler pertama terbit tahun 1939. Ada tiga macam skala Wechsler:
1. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil  langsung dari tes orang dewasa. WISC third edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.
2. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun.
3. Wechsler Preeschool and Primary Scale of Intelligence-Revised tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun 3 bulan.

Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes.


The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)

WPPSI-R yaitu Wechsler Preschool and Primary Scale. Untuk usia 3 tahun sampai 7 tahun 3 bulan.

  
Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.

The Standard Progressive Matrices (SPM)
Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I            : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II           : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III          : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV          : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V           : Kapasitas intelektual Terhambat.



The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
Kumpulan tes ini menghasilkan empat skor global: Pemrosesan Berurutan, Simultan, Komposit, dan Pemrosesan Mental. Pemrosesan Simultan dipresentasikan tujuh subtes sementara Pemrosesan Berurutan dipresentasikan oleh tiga subtes. K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok khusus, seperti anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas kultural dan bahasa, dan untuk membantu diagnosis ketidakmampuan belajar.

Kaufman Addolesent And Adult Inteligence Test (KAIT)
Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih. Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal. Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi. Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru. Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan yang menjadi ciri pemikiran orang dewasa.

Kaufman Brief Inteligence Test (K-BIT)
Tes ini mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrumen penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.

PENGGUNAAN TES INTELIGENSI

Tes-tes inteligensi umum yang dirancang untuk digunakan anak-anak usia sekolah atau orang dewasa biasanya untuk mengukur kemampuan verbal untuk kadar lebih rendah, tes-tes ini mencakup kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya. Kemampuan-kemampuan ini dianggap dominan dalam proses belajar di sekolah.

Kebanyak tes inteligensi dapar dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau inteligensi akademik. IQ adalah cerminan dari prestasi pendidikan sebelumnya dan alat prediksi kinerja pendidikan selanjutnya.

Karena fungsi-fungsi yang diajarkan dalam sistem pendidikan merupakan hal yang penting yang mendasar dalam budaya yang modern dan maju secara teknologis, skor pada tes inteligensi akademik juga dianggap alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta aktivitas-aktivitas lain dalam hidup sehari-hari.

Penggunaannya tes intelegensi tergantung pada kebutuhan apa yang hendak diukur, disesuaikan dengan jenis pekerjaan/aktivitas yang akan dibebankan. Tetapi pada umumnya, tes intelegensi mengukur hal-hal seperti di bawah ini:

  1. Linguistik verbal, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis 
  2. Numerik, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan angka atau matematika
  3. Spasial, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kreativitas seperti kesenian, desain, pengenalan pola, peta dan lain-lain.
  4. Kecerdasan fisik, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kemapuan fisik seperti olahraga.
  5. Lingkungan/natural, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang.
  6. Interpersonal, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berbicara dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
  7. Intrapersonal, yaitu kecerdasan mengelolah emosi (emotional intelligence), kemampuan seseorang untuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri.
  8. Kecerdasan musical, adalah kecerdasan pada seni musik mencipta, merasa, dan memahami pesan dari sebuah musik.
Belum ada alat tes intelegensi yang dapat mengukur semua aspek diatas, karena sifatnya yang terlalu luas. Jadi bisa dilihat banyak aspek yang harus diukur untuk melihat intelegensi seseorang dan tingkat intelegensi seseorang tidak bisa serta merta dapat diukur hanya berdasarkan skor IQ yang dimilikinya tanpa melihat latar belakang dan kemampuan seseorang secara mental. Hendaknya orang tua dan sekolah mampu bersikap lebih arif dan bekerja sama untuk membangun sistem pendidikan yang tidak hanya mengembangkan kemampuan akademik tetapi juga perkembangan mental, karakter dan kemandirian anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar