Ketika saya masih duduk dibangku SD, orang tua dan
kerabat saya sangat mengagung-agungkan kecerdasan anak berdasarkan yang namanya
prestasi akademik. Mereka suka sekali membanding-bandingan tingkat kemampuan
akademik anak-anak mereka dan tidak segan-segan mereka melakukannya di depan
anak-anak mereka yang sedang dibandingkan.
Orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anak-anak
mereka disekolah yang dianggap memiliki standart akademis yang tinggi. Untuk
masuk ke sekolah-sekolah dengan standart akademis yang tinggi biasanya calon
siswa diwajibkan untuk menjalani test IQ. Dibeberapa sekolah ternama
mensyaratkan calon siswanya harus memiliki skor IQ minimal diatas rata-rata berdasarkan skala Wechsler, Skor IQ seolah menjadi jaminan kemampuan
akademik seorang anak. Anak-anak tersebut dikatakan memiliki tingkat intelegensi/kecerdasan yang
tinggi bila memiliki skor IQ yang tinggi.
Intelegensi
sendiri sering diartikan sama dengan IQ, padahal kedua istilah ini memiliki
arti yang berbeda. Menurut David
Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.
Sedangkan Intelegent quotient atau IQ ialah angka yang mana
menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang dimana skor diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan
demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelegensi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah gen atau keturunan, lingkungan dan perkembangan otak yang dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting
Test Intelegensi
Pada
tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang
suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Revisi
terhadap Skala Stanford-Binet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu norma
penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut
berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior.
Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes
pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu
tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat
dimanfaatkan.
David
Wechsler memperkenalkan versi pertama tes inteligensi
yang dirancang khusus untuk digunakan bagi orang dewasa. Terbit pada tahun 1939
dan dinamai Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS), disebut juga skala
W-B.
Pada
tahun 1949 Wechsler menerbitkan pula skala inteligensi untuk digunakan pada
anak-anak yang dikembangkan berdasar isi skala W-B. Skala ini diberi nama
Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC). Isinya terdiri dari dua sub
bagian Verbal (V) dan sub bagian Performance (P).
The
Wechsler Inteligence Scale for Children-Revised (WISC-R)
Skala
Wechsler pertama terbit tahun 1939. Ada tiga macam skala Wechsler:
1. WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil langsung dari tes orang dewasa. WISC third
edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.
2. WAIS
(Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun.
3. Wechsler Preeschool and Primary
Scale of Intelligence-Revised tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun
3 bulan.
Revisi
skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk
mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri
atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila
diperlukan penggantian subtes.
The
Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)
WPPSI-R yaitu Wechsler Preschool and Primary Scale. Untuk usia 3 tahun sampai 7
tahun 3 bulan.
Culture
Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B
Tes ini
dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum
atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa
yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan
atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
The
Standard Progressive Matrices (SPM)
Merupakan
salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara
individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit
pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi
soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan
dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes
kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
SPM
tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat
atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan
usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I :
Kapasitas intelektual Superior.
Grade II :
Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III : Kapasitas
intelektual Rata-rata.
Grade IV : Kapasitas
intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V :
Kapasitas intelektual Terhambat.
The
Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
Kumpulan
tes ini menghasilkan empat skor global: Pemrosesan Berurutan, Simultan,
Komposit, dan Pemrosesan Mental. Pemrosesan Simultan dipresentasikan tujuh
subtes sementara Pemrosesan Berurutan dipresentasikan oleh tiga subtes. K-ABC
dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok
khusus, seperti anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas kultural
dan bahasa, dan untuk membantu diagnosis ketidakmampuan belajar.
Kaufman
Addolesent And Adult Inteligence Test (KAIT)
Tes ini
dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih. Tes ini menampilkan upaya
untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal. Skala yang
dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan
akulturasi. Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem
baru. Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah
dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan
yang menjadi ciri pemikiran orang dewasa.
Kaufman
Brief Inteligence Test (K-BIT)
Tes ini
mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrumen
penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.
PENGGUNAAN
TES INTELIGENSI
Tes-tes
inteligensi umum yang dirancang untuk digunakan anak-anak usia sekolah atau
orang dewasa biasanya untuk mengukur kemampuan verbal untuk kadar lebih rendah,
tes-tes ini mencakup kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan simbol numerik
dan simbol-simbol abstrak lainnya. Kemampuan-kemampuan ini dianggap dominan
dalam proses belajar di sekolah.
Kebanyak
tes inteligensi dapar dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau
inteligensi akademik. IQ adalah cerminan dari prestasi pendidikan sebelumnya
dan alat prediksi kinerja pendidikan selanjutnya.
Karena
fungsi-fungsi yang diajarkan dalam sistem pendidikan merupakan hal yang penting
yang mendasar dalam budaya yang modern dan maju secara teknologis, skor pada
tes inteligensi akademik juga dianggap alat prediksi kinerja yang efektif dalam
banyak bidang pekerjaan serta aktivitas-aktivitas lain dalam hidup sehari-hari.
Penggunaannya
tes intelegensi tergantung pada kebutuhan apa yang hendak diukur, disesuaikan
dengan jenis pekerjaan/aktivitas yang akan dibebankan. Tetapi pada umumnya, tes
intelegensi mengukur hal-hal seperti di bawah ini:
- Linguistik
verbal, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis
- Numerik, yaitu
kecerdasan yang berhubungan dengan angka atau matematika
- Spasial, yaitu
kecerdasan yang berhubungan dengan kreativitas seperti kesenian, desain,
pengenalan pola, peta dan lain-lain.
- Kecerdasan fisik,
yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kemapuan fisik seperti olahraga.
- Lingkungan/natural,
yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan
alam seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang.
- Interpersonal,
yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berbicara dan
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
- Intrapersonal,
yaitu kecerdasan mengelolah emosi (emotional intelligence), kemampuan
seseorang untuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri.
- Kecerdasan
musical, adalah kecerdasan pada seni musik mencipta, merasa, dan memahami
pesan dari sebuah musik.
Belum ada alat tes intelegensi yang dapat mengukur
semua aspek diatas, karena sifatnya yang terlalu luas. Jadi bisa dilihat banyak aspek yang harus diukur untuk melihat intelegensi seseorang dan tingkat intelegensi seseorang tidak bisa serta merta dapat diukur hanya berdasarkan skor IQ yang dimilikinya tanpa melihat latar belakang dan kemampuan seseorang secara mental. Hendaknya orang tua dan sekolah mampu bersikap lebih arif dan bekerja sama untuk membangun sistem pendidikan yang tidak hanya mengembangkan kemampuan akademik tetapi juga perkembangan mental, karakter dan kemandirian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar