Sabtu, 22 September 2012

Psikologi Komunikasi dan Media


Komunikasi dan Emosi

Sebagai makhluk sosial, manusia tentu selalu melakukan interaksi dengan orang lain. Dalam interaksi yang terjalin tentunya akan terjadi komunikasi. Burgon & Huffner (2002) dalam bukunya Human Communication menjelaskan bahwa komunikasi ialah sebuah proses pemikiran berupa seleksi informasi (kognitif), menilai atau mempersepsikan pengalaman (afektif) dan bertindak balas terhadap informasi yang disampaikan tersebut (psikomotorik). Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan informasi yang dimiliki   para komunikan, selain itu salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai sarana mengekspresikan emosi.

Dalam kehidupan sehari-hari biasa kita mendengar orang-orang menyamakan emosi dengan rasa marah, padahal sebenarnya marah adalah adalah salah satu jenis emosi. Daniel Goleman (1995) seorang pakar kecerdasan emosional mengatakan bahwa emosi merupakan suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat merujuk kepada sutu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. 

Anna Wierzbicka, seorang peneliti emosi dari Australian National University, membedakan emosi ke dalam 6 kelompok utama yang didasarkan pada tema-tema umum, yakni 1) "Sesuatu yang baik terjadi", 2) "Sesuatu yang buruk terjadi", 3) "Sesuatu yang buruk bisa/akan terjadi", 4) "Saya tidak ingin hal seperti ini untuk terjadi’, 5) ‘berpikir tentang orang lain", 6) "Berpikir tentang diri sendiri". Masing-masing dari tema itu terkait dengan beberapa aspek skenario kognitif yang dimiliki.

1. Sesuatu yang baik terjadi
Jika Anda mengalami sesuatu yang baik terjadi dalam hidup Anda, misalnya Anda mendapatkan undian, diterima bekerja, mendapatkan kekasih, menggapai impian, maka kira-kira emosi apa yang akan Anda alami? Anda tentu akan merasa bahagia, senang, gembira, suka, riang, damai, nyaman, nikmat, lega, dan semacamnya.

2. Sesuatu yang buruk terjadi
Bayangkan jika Anda berada dalam situasi yang buruk? Misalnya Anda dipecat, dimarahi atasan, dikhianati dan sebagainya yang buruk-buruk. Apa yang kira-kira Anda rasakan? Boleh jadi Anda mengalami kesedihan, tertekan, menderita, sakit hati, frustrasi, kecewa, merasa ditolak, atau lainnya yang semacam.

3. Sesuatu yang buruk bisa/akan terjadi
Jika seseorang merasa bahwa sesuatu yang buruk bisa saja terjadi. Misalnya bisa kehilangan orang disayang, kehilangan penghasilan, dirampok, diperkosa, dan sebagainya yang buruk-buruk, maka Anda mungkin mengalami cemas, panik, takut, khawatir, gugup, pucat, was-was, waspada, atau lainnya.

4. Saya tidak ingin hal seperti ini terjadi
Saat Anda tidak menginginkan sesuatu yang Anda alami terjadi, apa yang Anda rasakan? Anda ingin yang terjadi tidak seperti yang Anda alami. Nah, karena itu maka mungkin Anda merasa marah, panas hati, murka, terkejut, atau yang lainnya.

5. Berpikir tentang orang lain
Pada saat Anda memikirkan orang lain, apa saja yang mungkin Anda rasakan? Boleh jadi Anda merasa iri atau cemburu. Mungkin saja Anda merasa kasihan. Bisa juga Anda merasa kagum, salut, terpesona, segan, hormat, curiga, benci, sinis, atau bahkan jijik.

6. Berpikir tentang diri sendiri
Anda juga akan mengalami emosi tertentu ketika berpikir tentang diri Anda sendiri. 

Menurut sebagian ahli, sebenarnya emosi hanya terdiri dari beberapa emosi dasar selebihnya merupakan perpaduan antara emosi-emosi dasar itu. Paul Ekman, salah satu peneliti emosi mengemukakan 6 emosi dasar manusia adalah: fear (takut), anger (marah), sadness (sedih), happines (bahagia), disgust (jijik), surprise (terkejut).






Kamis, 20 September 2012

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Menciptakan Semangat

Waktu pertama kali mendengar yang namanya Konstruksi Alat Ukur Psikologi, saya langsung terbayang dengan mata kuliah Statistik dan Psikometri, dua mata kuliah yang dipenuhi dengan hitung menghitung dan rumus :D. Wow........yang dulu aja rasanya agak-agak setengah hati menjalaninya, hehehe......"gimana yang sekarang ya"?? 

Karena merasa kecut sebelum berperang, saya mencoba mencari tahu apa iya sesusah bayangan saya, dan hasilnya mahasiswa yang sedang belajar mata kuliah ini maupun yang sudah lulus dari jurusan Psikologi menjuluki mata kuliah ini "Mata Kuliah Terkutuk". Julukan itu diberikan karena memang mata kuliah ini jadi momok dan lulus dari mata kuliah ini bukan perkara mudah. Tapi ya mau tidak mau memang harus dipelajari, yang penting sekarang bagaimana bisa punya semangat lebih dan optimis karena pasti manfaatnya akan lebih besar ketimbang kesusahan yang akan dihadapi nantinya. Kalau untuk hasil liat nanti saja, yang penting usaha dulu kali ya.

Nah... sekedar perkenalan buat mahasiswa yang sedang akan belajar Konstruksi Alat Ukur Psikologi, mata kuliah ini bertujuan mengembangkan ketrampilan mahasiswa dalam menyusun berbagai alat ukur psikologis non kognitif untuk kebutuhan assesmen maupun penelitian. Materi mata kuliah ini mencakup pengertian pengukuran psikologis, cara menyusun berbagai alat ukur, teknik-teknik penskalaan, properti psikometri dalam membuat alat ukur serta cara adaptasi alat ukur. Hasil yang diharapkan dari mahasiswa adalah akan mampu dan agar mempunyai pengetahuan teoritis dan ketrampilan dasar dalam menyusun berbagai alat ukur psikologis secara tepat sehingga dapat digunakan sebagai alat dalam assesmen maupun penelitian. Jadi sangat penting buat para calon Ilmuwan Psikologi untuk bisa menaklukan mata kuliah ini. Siapa tahu salah satu dari kita nantinya bisa menciptakan alat ukur dalam bidang Psikologi yang dipakai tidak hanya di Indonesia tapi juga diakui dunia :)

Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi dan mau belajar dengan lebih serius dan mudah-mudahan sang Dosen bisa membagi dan menyampaikan ilmunya dengan cara yang menyenangkan dan lebih mudah dipahami. Selamat belajar dan Semangat!!!